Senin, 14 Oktober 2019

MANAJEMEN PEMASARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 0.4 MENGIDENTIFIKASI ASPEK LINGUNGAN EKONOMI, POLA KONSUMSI, DAN PERKEMBANGAN PASAR GLOBAL

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI
0.4
MENGIDENTIFIKASI ASPEK LINGUNGAN EKONOMI, POLA KONSUMSI, DAN PERKEMBANGAN PASAR GLOBAL
Dosen : Sri Kurniasih Agustin, SE, MM





Disusun oleh :

Adinda Fitria Cendikiawati                10216172

Kelas : 4EA27

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah perilaku keorganisasian yang berjudul “Mengidentifikasi Aspek Lingungan Ekonomi, Pola Konsumsi, Dan Perkembangan Pasar Global” tepat pada waktunya.

 Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Bekasi,  15 Oktober 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB 1      PENDAHULUAN........................................................................... 1
                 1.1. Latar Belakang............................................................................1
                 1.2. Rumusan Masalah.......................................................................1
                 1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................1
                 
BAB 2     PEMBAHASAN............................................................................... 2
                2.1. Mengidentifikasi Aspek Lingungan Ekonomi.............................2
                2.2. Pola Konsumsi.............................................................................3
                2.3. Perkembangan Pasar Global........................................................5      

BAB 3    PENUTUP..........................................................................................7
               3.1. Kesimpulan...................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang
Ekonomi dunia berkembang pesat, dengan munculnya pasar global dan persaingan global dan integrasi ekonomi dunia. Perusahaan global adalah perusahaan yang beroperasi di lebih satu Negara dan mempunyai keunggulan R&D, produksi, logistik, pemasaran, dan keuangan yang tidak dimiliki oleh pesaing domestik murni. Untuk menjadi perusahaan global, maka keputusan utamanya adalah mengamati lingkungan ekonomi ataupun lingkungan pemasaran global. Setelah itu, perusahaan akan mampu untuk memutuskan apakah akan memasuki pasar global, pasar mana yang akan dimasuki, memutuskan cara memasuki pasar, memutuskan program pemasaran global dan perusahaan mampu memutuskan organisasi pemasaran global.

1.2           Rumusan Masalah
1. Apa itu Aspek Lingkungan Ekonomi?
2. Apa itu Pola Konsumsi?
3. Apa itu Perkembangan Pasar Global?

1.3           Tujuan Masalah 
1. Untuk Mengetahui Mengidentifikasi Aspek Lingungan Ekonomi.
2. Untuk Mengetahui Pola Konsumsi.
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Pasar Global.



BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Aspek Lingkungan Ekonomi
            Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi di Negara tempat organisasi internasional beroperasi. Kondisi ekonomi memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut.
            Ketika perekonomian kuat, tingkat lapangan kerja tinggi, dan kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan juga tinggi. Oleh karena orang memiliki penghasilan yang relative baik dalam kondisi ini, mereka membeli sejumlah besar produk. Perusahaan yang menghasilkan produk-produk ini memperoleh manfaat dari besarnya permintaan. Perusahaan mempekerjakan banyak karyawan untuk memastikan bahwa perusahaan dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang mencukupi guna memenuhi permintaan. Perusahaan juga dapat membayarkan upah yang tinggi kepada karyawan.
Ketika perekonomian lemah, perusahaan cenderung memberhentikan sebagian karyawannya dan tidak mampu membayarkan upah yang tinggi. Karena orang memiliki penghasilan yang relative rendah dalam kondisi ini, maka mereka membeli produk dengan jumlah yang sedikit. Perusahaan yang menghasilkan produk-produk ini sangat terpukul karena perusahaan tidak dapat menjual seluruh produk yang dihasilkannya. Konsekuensinya perusahaan mungkin perlu memberhentikan sebagian karyawan. Dalam kondisi ini, beberapa perusahaan mengalami kegagalan, dan seluruh karyawannya kehilangan pekerjaan sehingga membuat tingkat penggangguran meningkat.
Kondisi ekonomi juga penting bagi organisasi non bisnis. Ketika ekonomi lemah, sumbangan untuk universitas negeri akan turun, dan organisasi amal seperti Salvation Army akan diminta memberikan bantuan lebih besar pada saat yang sama ketika pendapatan mereka turun. Rumah sakit dipengaruhi ketersediaan dana dari Pemerintah dan jumlah pasien berpendapatan rendah yang harus mereka rawat cuma-cuma.
2.2 Pola Konsumsi 
Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam pembangunan harus dilandasi dengan pendekatan pendayagunaan sumberdaya alam  dengan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat secara berkelanjutan. Pola konsumsi sumberdaya alam seharusnya memberi kesempatan dan peran-serta masyarakat serta memberdayakan masyarakat untuk dapat mengelola sumberdaya alam secara optimal dan lestari . Masih sangat terbatas kebijakan yang secara eksplisit mendorong pada pola produksi dan konsumsi yang optimal dan berkelanjutan. Selain itu, pola konsumsi yang dikaitkan dengan peningkatan gizi dan kesehatan masih merupakan masalah utama bagi Jawa Timur.

Dalam sebagian kehidupan masyarakat dan budaya perkotaan telah berkembang gaya hidup konsumtif, karena sebagian besar mereka tidak lagi mengkonsumsi berdasarkan nilai guna, nilai pakai, tetapi sesuatu yang hanya merupakan “simbol” di mana image atau citra menjadi sangat penting. Hal ini seiring dengan semakin pesatnya kemajuan dunia informasi dan komunikasi. Permasalahan Lingkungan seperti pencemaran, degradasi lahan kritis, dan kelangkaan sumberdaya alam akan cenderung berkembang sebagai dampak dari pola produksi/ industri dan konsumsi yang berlebihan.

Konsumsi energi meningkat sekitar 8% per tahun. Konsumen terbesar adalah sektor industri (4.9%). Transportasi membutuhkah 32% dan selebihnya adalah untuk kebutuhan rumah tangga.  Berubahnya struktur ekonomi dari pertanian ke industri dan meningkainya aktivitas ekonomi di pelbagai sektor kehidupan, mempengaruhi Iaju peningkatan konsumsi energi yang secara langsung juga akan meningkatkan emisinya. Untuk mencegah dan mengatasi dampak emisi ini pola konsumsi dan produksi sumberdaya energi perlu segera ditangani secara tepat dan cermat. Semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya air di Jawa Timur, maka pola konsumsi air harus mempertimbangkan sumberdaya air di masa mendatang. Bidang agrokompleks masih akan tetap menjadi konsumen terbesar. Walaupun demikian, di beberapa wilayah Jawa Timur, persaingan pemanfaatan sumberdaya air akan canderung menajam antara pertanian, industri dan rumah tangga.

Berdasarkan hal-hal di atas maka visi dalam pengendalian pola konsumsi adalah “Mendorong terwujudnya pola produksi dan pola konsumsi pangan, energi dan air,  di jawa Timur yang berkeadilan, berorientasi kesejahteraan masyarakat dan ramah lingkungan”. Sedangkan misi yang diemban adalah (1). Meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat akan pola konsumsi pangan dan penganekaragamannya yang berorientasi pada ketersediaan gizi dan kelestarian lingkungan; (2) Mengintensifkan pendidikan hemat energi bagi masyarakat umum dengan jalan memberikan pengetahuan dasar pengelolaan energi, khuusnya bagi generasi muda, agar budaya hemat energi dapat tertanam sejak dini; dan (3) Mengkampanyekan pola produksi dan konsumsi sumberdaya air yang hemat dan ramah lingkungan hingga menjadi budaya masyarakat.

Beberapa program prioritas adalah sebagai berikut:
a.     Pola Produksi dan Konsumsi Pangan, dan Kecukupan Gizi;
b.     Pola Produksi dan Konsumsi Sumberdaya Energi; dan
c.     Pola Produksi dan Konsumsi Sumberdaya Air.

2.3 Perkembangan Pasar Global
Pengertian pasar global adalah pasar berskala dunia yang terbuka bagi seluruh pelaku usaha. Pasar global mengalami perkembangan yang pesat belakangan ini karena beberapa factor. Adanya beberapa negara industri yang mampu menghasilkan produk berkualitas dengan harga murah, misalnya China dan Taiwan.  Semakin banyak orang yang melakukan perjalanan antar negara yang secara langsung menjadi konsumen global.Semakin banyaknya transportasi antar negara yang mempermudah distribusi produk. Perdagangan dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dunia.

Jika sudah memahami pengertian pasar global dengan baik, tentunya bisa menyimpulkan bahwa pasar global adalah peluang bisnis yang sangat besar dan menantang. Ketika suatu orang atau perusahaan memutuskan untuk ikut serta dalam pasar global, maka terbukalah kesempatan baginya untuk mengembangkan bisnisnya dan meraih lebih banyak keuntungan. Beberapa kesempatan tersebut antara lain:
a.     Perusahaan dapat membuka pabrik di negara lain yang upah buruhnya lebih murah.
b.     Perusahaan dapat membuka kantor cabang dan pabrik cabang di beberapa tempat di seluruh duniauntuk mempermudah dan mempermurah distribusi produknya.
c.     Perusahaan dapat memperoleh target konsumen yang lebih banyak dengan memperkenalkan produknya di negara lain yang potensial

Pelaku bisnis skala internasional yang tangguh tentu tak mudah ditenggelamkan oleh setiap perubahan tantangan bisnis meski tantangan yang datang semakin berat. Bagi para pebisnis sejati, kesulitan justru menjadi cambuk yang melecut semangat untuk memecahkannya sehingga usaha dapat semakin berkembang dan maju. Karakter semacam itu tampaknya juga melekat pada sederet pengelola perusahaan di Indonesia yang juga terlihat dari kinerja perusahaan yang dikelola yang hasilnya memang super.

Dimensi-dimensi utama dalam pemasaran global:
a.     Lingkungan pemasaran global
b.     Segmentasi pasar global
c.     Pemasaran dengan sasaran global
d.     Merumuskan strategi dan rencana pemasaran global
e.     Bauran pemasaran global
f.      Mengelola dan memimpin usaha pemasaran global

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi di Negara tempat organisasi internasional beroperasi. Kondisi ekonomi memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut.
Kondisi ekonomi juga penting bagi organisasi non bisnis. Ketika ekonomi lemah, sumbangan untuk universitas negeri akan turun, dan organisasi amal seperti Salvation Army akan diminta memberikan bantuan lebih besar pada saat yang sama ketika pendapatan mereka turun. Rumah sakit dipengaruhi ketersediaan dana dari Pemerintah dan jumlah pasien berpendapatan rendah yang harus mereka rawat cuma-Cuma.
DAFTAR PUSTAKA


Sabtu, 20 April 2019

Hasil Diskusi Etika Bisnis (Kelompok 1 dan Kelompok 2)

HASIL DISKUSI ETIKA BISNIS


Kelompok 1 Mempresentasikan Tentanng Konsep Dasar Etika Dan Moral

Summary Hasil Diskusi Pada  Kasus PT. Albothly Pharos, menurut saya Badan Pengawasan Obat dan Makanan kecolongan dalam kasus Albothyl yang telah dibatalkan izin edarnya. Pasalnya abothyl tetap menjual produk yang ternyata mengandung zat berbahaya, Albothyl merupakan obat yang terkenal untuk menyembuhkan luka sariawan, tetapi bukan untuk menyebuhkan namun menunjukkan efek samping yang malah memperparah sariawan dan menyebabkan infeksi. Tercatat sudah 38 laporan kasus yang diterima pada produk ini. Pada contoh kasus termasuk kedalam teori teleologi karena mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Kesimpulan yang bisa diambil dalam contoh kasus albothyl ini, karena banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih banyak nya produsen -produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan dampak apa yang telah diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti terhadap pengawasan peredaran barang-barang yang beredar dan harus  lolos uji seleksi. Dan untuk masyarakat kita mengajak untuk selalu peduli terhadap apa yang di nilai kurang baik.

Kelompok 2 Mempresentasikan Gambaran Umum Profesi Bisnis Dan Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Bisnis

Summary Hasil Diskusi Pada kasusWorld Trade Organization (WTO) atau organisasi perdagangan dunia mebahas tentang tanggung jawab pada seorang pembisnis terhadap  bisnis yang mereka jalankan tersebut. Dalam menjalankan bisnis diperlukan inovasi dan kerasi pada produk tersebut, yang dimaksud dalam hal ini adalah memberikan nilai tambah pada proses produk tersebut.

Sabtu, 30 Maret 2019

MAKALAH ETIKA BISNIS "CONTOH KONSEP DASAR ETIKA DAN MORAL"

MAKALAH ETIKA BISNIS
CONTOH KONSEP DASAR ETIKA DAN MORAL

Disusun oleh:
Adinda Fitria Cendikiawati    10216172
Dian Puspitasari                     11216971
Gawan Wafitantra                 12216984
Muhammad Hafiz Yunas      14216888
Swastika Suryani                   17216213

3EA27
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Etika Bisnis yang berjudul “Konsep Dasar Dan Moral”tepat pada waktunya.
          Kami menyedari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempuraan. Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kami mengharapakan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
          Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.


Bekasi, 29 Maret 2019

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB 1      PENDAHULUAN............................................................................1
                1.1. Latar Belakang.............................................................................1
                1.2. Rumusan Masalah........................................................................1
                1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................1
                1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................1

BAB 2     PEMBAHASAN............................................................................... 3
               2.1. Contoh Kasus............................................................................... 3
                    2.1.1 Pelanggaran Etika Bisnis Pada PT Albothyl………………. 3
                  2.1.2 Contoh Kasus Deantologi…………………………………... 6

BAB 3    PENUTUP.......................................................................................... 8
              3.1. Kesimpulan.................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 9



BAB 1
PENDAHULUAN 
1.1          Latar Belakang
Berita-berita mengenai pelanggaran etika bisnis mendorong ketertarikan untuk menelusuri lebih lanjut faktor-faktor yang mendorong dan dampak yang diakibatkan. Etika bisnis merupakan aspek moral dalam menjalankan bisnis. Masih banyak fenomena-fenomena dimana beberapa bisnis masih mengabaikan aspek moral. 
Banyak perusahaan yang hanya memikirkan keuntungan, menghindari kerugian, dan kekuatan bersaing sebagai satu-satunya tujuan dalam menjalankan bisnis sehingga faktor moral atau etika tidak lagi menjadi pertimbangan.
Dalam satu bulan terakhir ini sudah ada 3 produk yang izin edarnya ditarik oleh BPOM karena tidak sesuai ketentuan. Dimulai dari Viostin dan Enzyplex tanggal 5 Februari lalu karena terbukti mengandung DNA babi, kini Albothyl pun dibatalkan izin edarnya per tanggal 15 Februari setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl, oleh profesional kesehatan dalam dua tahun terakhir ini.
Perlu diketahui bahwa kualitas dan keamanan setiap produk obat maupun makanan yang beredar di Indonesia dikontrol oleh BPOM atau disebut juga post-market surveillancePost-market surveillance ini biasanya dilakukan dengan cara sampling (mengambil contoh produk langsung dari pasaran untuk diuji di laboratorium). 
Dan cara samplingini bisa dilakukan secara rutin (misalnya menjelang akhir tahun atau Idul Fitri) maupun secara mendadak jika diduga ada yang tidak sesuai ketentuan.
Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, aturan-aturan tersebut bersumber dari aturan tertulis maupun tidak tertulis (Fahmi, 2013:3). 
Jadi etika bisnis menyangkut baik atau buruknya perilakuperilaku manusia dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut pandang yaitu ekonomi, hukum, dan moral (Bertens, 2013: 25):
  1. Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain.
  2. Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan hukum.
  3. Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-ukuran moralitas.

1.2          Rumusan  Masalah
Bagaimanakah contoh kasus pada Konsep Dasar Etika Dan Moral?

1.3          Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami contoh kasus pada “Konsep Dasar Etika Dan Moral”
1.4    Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami contoh kasus dari “Konsep Dasar Etika Dan Moral”

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Contoh kasus:
2.1.1 Pelanggaran Etika Bisnis Pada Albothyl Oleh Perusahaan PT PHAROS Kasus
Dalam satu bulan terakhir ini sudah ada 3 produk yang izin edarnya ditarik oleh BPOM karena tidak sesuai ketentuan. Dimulai dari Viostin dan Enzyplex tanggal 5 Februari lalu karena terbukti mengandung DNA babi, kini Albothyl pun dibatalkan izin edarnya per tanggal 15 Februari setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl, oleh profesional kesehatan dalam dua tahun terakhir ini.
Pada kasus Viostin dan Enzyplex, boleh dikatakan levelnya tidak sampai membahayakan pasien. Hanya tidak sesuai dengan ketentuan pelabelan produk, mengingat Indonesia adalah negara mayoritas Muslim sehingga produk yang mengandung babi harus mengikuti ketentuan khusus, seperti yang pernah saya jelaskan dalam artikel saya sebelumnya. Tapi untuk kasus Albothyl kali ini, tentunya dianggap sangat serius karena berkaitan dengan keselamatan pasien. Dalam 38 laporan kasus tersebut menunjukkan bahwa adanya efek samping Albothyl yang malah memperparah sariawan yang diderita pasien dan menyebabkan infeksi (noma like lession).
Kejadian ini sedikit banyak menimbulkan pertanyaan dari masyarakat dan kalangan profesi kesehatan. Siapa yang salah? Produsen yang dianggap tidak serius dengan keamanan produknya atau regulator yang dianggap tidak cermat dalam mengevaluasi produk sebelum memberikan Nomor Izin Edar. Perlu diketahui bahwa kualitas dan keamanan setiap produk obat maupun makanan yang beredar di Indonesia dikontrol oleh BPOM atau disebut juga post-market surveillance. Post-market surveillance ini biasanya dilakukan dengan cara sampling (mengambil contoh produk langsung dari pasaran untuk diuji di laboratorium). Dan cara samplingini bisa dilakukan secara rutin (misalnya menjelang akhir tahun atau Idul Fitri) maupun secara mendadak jika diduga ada yang tidak sesuai ketentuan.
Namun tentunya, kontrol tidak hanya dilakukan oleh pihak regulator (dalam hal ini BPOM dan BBPOM) karena bisa dibayangkan bagaimana repotnya mereka mengontrol seluruh produk yang beredar di Indonesia beserta seluruh fasilitas produksinya. Oleh sebab itu, peran industri farmasi, profesional kesehatan di lapangan dan masyarakat awam juga diperlukan. Caranya, dengan melaporkan kejadian tidak diinginkan (baik yang serius maupun tidak serius) yang timbul akibat penggunaan suatu obat atau yang dikenal dengan istilah Farmakovigilans. 
Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat. Pelaporan ini sifatnya bisa berupa Pelaporan spontan, Pelaporan Berkala Pasca Pemasaran (Periodic Safety Update Report), Pelaporan studi keamanan pasca pemasaran, Pelaporan publikasi/literatur ilmiah, Pelaporan tindak lanjut regulatori Badan Otoritas negara lain, pelaporan tindak lanjut pemegang izin edar di negara lain, dan/atau Pelaporan dari perencanaan Manajemen Resiko.
Kesimpulan
Banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih banyak nya produsen produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan dampak apa yang telah diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti terhadap pengawasan peredaran barang barang yang beredar dan harus  lolos uji seleksi. Dan untuk masyarakat kita mengajak untuk selalu peduli terhadap apa yang di nilai kurang baik. Farmakovigilans tidak hanya dilaksanakan oleh industri farmasi tetapi juga didukung oleh masyarakat awam dan profesional kesehatan di lapangan. Bagi masyarakat awam, jika menemukan atau mengalami kejadian yang tidak diinginkan setelah mengkonsumsi suatu obat, bisa menghubungi produsen dan melaporkan kejadian yang dialami (kecuali kejadian serius yang memerlukan penanganan segera ke klinik atau rumah sakit). Biasanya produsen memiliki nomor kontak layanan keluhan konsumen. Keluhan-keluhan ini akan ditindaklanjuti oleh bagian Farmakovigilans di setiap perusahaan atau produsen. Bagi profesional kesehatan lain, pelaporan ini bisa dilakukan dengan mengisi Form Kuning (Formulir Pelaporan Efek Samping Obat). pada website e-meso.pom.go.id.Untuk kemudian dikirimkan ke Pusat Farmakovigilans / MESO (Monitoring Efek Samping Obat) Nasional, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Badan POM RI. MESO yang dilakukan di Indonesia, bekerja sama dengan WHO-Uppsala Monitoring Center (Collaborating Center for International Drug Monitoring) yang bertujuan untuk memantau semua efek samping obat yang dijumpai pada penggunaan obat. Hasil semua evaluasi yang terkumpul akan digunakan sebagai materi untuk melakukan re-evaluasi atau penilaian kembali pada obat yang telah beredar untuk selanjutnya menerapkan tindakan pengamanan yang diperlukan.

Saran
Sebaiknya badan pengawas obat dan makanan lebih memperhatikan kembali dan tidak kecolongan kembali atas kasus yang dinilai merugikan banyak pihak ini, dan selalu tegas dan menindak oknum nakal nakal tersebut, untuk masyarakat harus lebih selektif dalam pemilihan barang, untuk yang faham akan bidang nya lebih terbuka dalam membagi informasi berkaitan dengan apa yang di ketahui nya, saling berbagi manfaat dan ilmu.

 2.1.2 Contoh Kasus Deantologi
A(laki-laki) dengan B(perempuan) telah menikah selama lima tahun. Keduanya belum memiliki anak, dan entah karena masalah keturunan ataupun yang lain. Dalam perjalanan pernikahan keduanya, diduga si B selingkuh dengan C(laki-laki). Si A mengetahui perselingkuhan tersebut. 
Dan ia merasa marah dan gusar, sehingga si A konsultasi dengn pekerja sosial. Karena sengan membenci si C, A sempat berkata kepada pekerja sosial, “apabila suatu saat saya bertemu dengan C, saya akan membunuh dia.” Dalam pekerjaan sosial, mejaga kerahasiaan(confidentiality) dan menghargai keputusan klien(self determination) adalah suatu prinsip etik yang harus ditegakkan.
Analisis:
Oleh karenanya, menurut etika deontologi pekerja sosial wajib menjaga rahasia keluarga tersebut dan memberika keleluasaan kepada klien untuk berbuat sesuai keputusan klien sendiri(membunuh si C). 
Baik buruk tindakan berdasarkan etika doentologi bukan didasarkan kepada akibat perbuatan tersebut yang dapat membahayakan nyawa manusia lainnya. Tetapi perbuatan itu sendiri, yakni pekerja sosial menerapkan prinsip kerahasiaan dan self determination. 
Dalam pekerjaan sosial, menjaga kerahasiaan dan menghargai keputusan klien  adalah suatu prinsip etik yang harus ditegakkan. Menurut etika deontologi pekerja sosial menjaga rahasia keluarga tersebut dan memberikan keleluasaan kepada kilen untuk mengambil keputusannya sendiri. 
Baik atau buruknya tindakan berdasarkan etika deontologi bukan didasarkan kepada akibat dari perbuatan tersebut yang dapat menbahayakan nyawa orang lain. Tetapi perbuatan itu sendiri, yakni pekerja sosial menerapkan prinsip kerahasiaan dan self determination(mengharagai keputusan klien).
Kesimpulan:
Jadi, apabila seseorang melakukan kebaikan tidak didasarkan kepada kewajiban, maka perbuatan tersebut tidak bisa dinilai baik.

BAB 3
PENUTUP
3.1    Saran
         Saran untuk beberapa contoh kasus diatas adalah dengan meningkatkan kesadaran beretika dalam beretika, seharusnya mereka memikirkan kendala-kendala apa saja yang nantinya yang akan mereka hadapi.

DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K . 2013. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius .
Fahmi, I . 2013. Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Haurissa, L.J.,dan Praptiningsih, M. 2014. Analisis Penerapan Etika Bisnis pada PTMaju Jaya di Pare Jawa Timur. Agora Vol. 2, No. 2.