Jumat, 28 Desember 2018

Penulisan Ekonomi Koperasi Minggu 6 (Kinerja Koperasi Indonesia)

PENULISAN EKONOMI KOPERASI
KINERJA KOPERASI INDONESIA
Dosen : Tedy Ardiansyah, SE, AS, MM



Macintosh HD:Users:adindafitriacendikiawati:Desktop:gundar-logo1.png


      Disusun oleh :

Adinda Fitria Cendikiawati                   10216172

Kelas : 3EA27

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018



Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh  program, investasi,  dan akusisi  yang  dilakukan.  Proses  pengukuran  kinerja  seringkali membutuhkan penggunaan  bukti statistik untuk  menentukan  tingkat  kemajuan suatu organisasi dalam  meraih  tujuannya. 
Tujuan  mendasar di balik  dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada  kelompok  indicator  kinerja  kegiatan yang berupa  indikator-indikator masukan, keluaran, hasil,  manfaat,  dan  dampak. 
Pengukuran  kinerja  digunakan  sebagai  dasar  untuk  menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran  kinerja  merupakan  suatu  alat  manajemen  yang  digunakan  untuk  meningkatkan kualitas  pengambilan  keputusan  dan  akuntabilitas.
Dari definisi  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  system  pengukuran  kinerja  adalah  suatu  system yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. 
Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik  dimana  perusahaan  memerlukan  penyesuaian-penyesuaian atas  aktivitas  perencanaan  dan pengendalian.
Sedangkan variabel kinerja koperasi dan prinsip pengukuran Kinerja koperasi  yang  diukur  untuk  melihat  perkembangan  atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri  dari  kelembagaan (jumlah  koperasi perprovinsi, jumlah  koperasi per jenis / kelompok  koperasi, jumlah  koperasi  aktif  dan  nonaktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha.
 Variabel-variable tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat  peranan atau pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak dari koperasi (cooperative effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum tercermin dari variabel-variabel yang disajikan.

Adapun faktor yang Mempengaruhi Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor – faktor tersebut menurut Armstrong (1998:16-17) adalah sebagai berikut: 

a.    faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahilan motivasi, komitmen, dll.
b.    Faktorkepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja.
c.    Faktor kelompok atau rekan keerja (team factors). Faktor kelompok atau rekan kerja berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d.    Faktor system (system factors). Faktor system berkaitan dengan system atau metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e.    Faktor situasi (contextual or situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan perubaha lingukngan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor – faktor ini perlu mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal. Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam penentuan kinerja.

Sedangkan prinsip pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:

a.    Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
b.    Pekerjaan  yang  tidak  diukur  atau  dinilai  tidak  dapat  dikelola  karena  darinya  tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
c.    Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
d.    Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
e.    Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
f.     Mendefinisikan  kinerja  dalam  artian  hasil  kerja  semacam  apa yang diinginkan  adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
g.    Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
h.    Pelaporan yang kerap  memungkinkan  adanya  tindakan  korektif yang segera  dan tepat waktu.
i.     Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan  untuk manajemen kendali yang efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar